Belajar bahasa Inggris tidak selalu harus lewat buku teks yang tebal dan latihan tata bahasa yang membosankan. Di tangan dosen dan mahasiswa Prodi S1 Pendidikan Bahasa Inggris (S1 PBI) FKIP UNUSA, pembelajaran bahasa Inggris bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan, penuh imajinasi, dan memotivasi siswa untuk lebih aktif. Itulah yang terjadi dalam program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang dilaksanakan di salah satu Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Sidoarjo.

Program ini mengusung ide kreatif: mengajarkan bahasa Inggris melalui karya sastra, khususnya dongeng. Mengapa dongeng? Karena bagi anak-anak, dunia cerita adalah jendela menuju imajinasi dan pengalaman belajar yang tak terbatas. Cerita seperti Jack and the Beanstalk, Cinderella, atau The Gingerbread Man bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana efektif untuk memperkaya kosakata dan meningkatkan kemampuan berbahasa siswa.

Mengubah Stigma “Bahasa Inggris Itu Sulit”

Banyak siswa sekolah dasar masih menganggap bahasa Inggris sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan bahan ajar yang monoton, seperti lembar kerja siswa (LKS) yang lebih menekankan hafalan. Metode seperti ini membuat siswa cepat bosan dan tidak termotivasi untuk terlibat aktif di kelas.

Melalui PKM ini, tim dosen dan mahasiswa PBI UNUSA ingin membuktikan bahwa belajar bahasa Inggris bisa dilakukan dengan cara yang lebih alami dan menyenangkan. Dengan menggunakan dongeng, siswa tidak hanya belajar kata-kata baru, tetapi juga memahami makna dan konteksnya melalui cerita yang menarik. Mereka belajar tanpa merasa sedang “dipaksa belajar”.

Sebagaimana diungkapkan oleh Koushky (2019), penggunaan sastra dalam pembelajaran bahasa Inggris dapat memperkuat keterlibatan emosional siswa terhadap materi yang mereka pelajari. Ketika siswa terlibat secara emosional, mereka lebih fokus, lebih termotivasi, dan hasil belajar pun meningkat.

Belajar Bahasa Inggris Melalui Dongeng

Pelaksanaan program PKM ini dibagi dalam tiga tahap: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pada tahap perencanaan, tim melakukan observasi dan berdiskusi dengan guru bahasa Inggris di sekolah mitra untuk mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang tepat.

Tahap pelaksanaan menjadi bagian paling menarik. Tim memperkenalkan pembelajaran berbasis dongeng “Jack and the Beanstalk”. Kegiatan di kelas dilakukan secara interaktif — siswa mendengarkan cerita, menonton adaptasi film pendek, menggunakan flashcards untuk mengenali kosakata, serta mengerjakan latihan sederhana untuk memastikan pemahaman mereka.

Sebelum dan sesudah kegiatan, siswa diberi pretest dan posttest untuk menilai sejauh mana peningkatan kemampuan kosakata mereka. Hasilnya luar biasa: nilai rata-rata meningkat dari 45,2 menjadi 84,8 dengan skor N-Gain sebesar 72,2%. Artinya, pembelajaran bahasa Inggris melalui karya sastra terbukti efektif dalam meningkatkan penguasaan kosakata siswa.

Menumbuhkan Imajinasi dan Kepercayaan Diri

Belajar melalui cerita tidak hanya membantu siswa memahami bahasa, tetapi juga mengasah daya imajinasi mereka. Tevdovska (2016) menjelaskan bahwa teks sastra mampu memotivasi dan menstimulasi intelektual siswa karena mereka bisa menciptakan “dunia baru” melalui bahasa.

Dalam pembelajaran ini, siswa diajak masuk ke dunia fantasi — mengikuti petualangan Jack memanjat pohon kacang raksasa, menghadapi raksasa, dan menemukan harta karun. Tanpa disadari, mereka sedang belajar ratusan kata baru, membentuk kalimat, dan menggunakan bahasa Inggris untuk menceritakan kembali kisah tersebut.

Selain meningkatkan kosakata, pendekatan ini juga membangun rasa percaya diri siswa. Mereka menjadi lebih berani berbicara di depan kelas, berdiskusi, dan mengekspresikan pendapat. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan bahasa, tetapi juga menumbuhkan karakter positif seperti keberanian, tanggung jawab, dan kerja sama.

Kolaborasi Dosen dan Mahasiswa PBI UNUSA

Program ini juga menjadi ajang belajar bagi mahasiswa Prodi S1 PBI. Mereka terlibat langsung dalam proses perencanaan, pengajaran, dan evaluasi. Mahasiswa berperan sebagai pendamping guru, fasilitator kegiatan, sekaligus pengamat untuk melihat efektivitas metode pembelajaran sastra di kelas.

Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan pengabdian ini merupakan bagian dari implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar di luar kampus dan mengasah keterampilan profesional sebagai calon guru. Mereka belajar bagaimana merancang pembelajaran yang kreatif, menerapkan teori Teaching English as a Foreign Language (TEFL) secara nyata, dan berinteraksi langsung dengan siswa sekolah dasar.

PBI UNUSA: Inovatif, Inspiratif, dan Humanis

Melalui kegiatan seperti ini, Prodi S1 Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNUSA terus menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan pembelajaran bahasa yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. PBI UNUSA tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga pada praktik nyata yang berdampak langsung bagi pendidikan dasar. Pembelajaran bahasa Inggris melalui karya sastra membuktikan bahwa dengan pendekatan yang kreatif, siswa dapat belajar dengan gembira, guru lebih terinspirasi, dan calon guru mendapat pengalaman berharga untuk masa depan. Dengan semangat inovasi dan kolaborasi, PBI UNUSA akan terus melahirkan pendidik yang tidak hanya mahir berbahasa Inggris, tetapi juga mampu menyulut semangat belajar dan imajinasi anak-anak Indonesia.

Surabaya, Oktober 2025

Mujad Didien Afandi, S.S., M.Pd.