Di era pendidikan modern, pendekatan belajar yang berpusat pada siswa (student-centered learning) semakin menjadi kebutuhan. Namun, dalam praktik di lapangan, masih banyak sekolah dasar yang menghadapi tantangan klasik: siswa cenderung pasif, pembelajaran didominasi oleh guru, dan metode yang digunakan masih berfokus pada hafalan. Fenomena ini masih banyak terlihat di salah satu sekolah dasar di Sidoarjo, yang menjadi mitra kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Prodi S1 Pendidikan Bahasa Inggris (S1 PBI) FKIP UNUSA.

Melihat kondisi tersebut, tim dosen dan mahasiswa PBI FKIP UNUSA berinisiatif mengaktifkan teknik jigsaw kembali sebagai pembelajaran kosakata bahasa Inggris. Program ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, tetapi juga menumbuhkan motivasi dan keterlibatan belajar siswa melalui kolaborasi.

Jigsaw: Dari Hafalan ke Kolaborasi

Teknik jigsaw merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa sebagai pusat proses belajar. Dalam metode ini, siswa dibagi ke dalam kelompok kecil (jigsaw groups), lalu setiap anggota berpindah ke expert group untuk mempelajari subtopik tertentu. Setelah memahami materinya, mereka kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan apa yang telah mereka pelajari kepada teman-temannya.

Melalui sistem ini, setiap siswa memiliki peran penting. Mereka bukan hanya penerima informasi, tetapi juga menjadi pengajar bagi teman sekelompoknya. Guru berfungsi sebagai fasilitator yang membimbing jalannya diskusi dan memastikan setiap kelompok dapat bekerja sama dengan baik. Konsep ini sejalan dengan filosofi Student-Centered Learning (SCL) yang menjadi ciri khas pendekatan pembelajaran di Prodi S1 PBI UNUSA.

Siswa Lebih Termotivasi dan Aktif

Hasil dari kegiatan PKM menunjukkan perubahan yang nyata di kelas. Berdasarkan observasi, siswa tampak lebih antusias, aktif berdiskusi, dan saling membantu memahami kosakata baru. Mereka menunjukkan ekspresi gembira, fokus saat berdiskusi, dan berani bertanya maupun menjawab. Siswa juga menunjukkan rasa tanggung jawab dan ketekunan saat menyelesaikan tugas kelompok.

Kuesioner yang dibagikan kepada siswa menguatkan hasil tersebut: mayoritas siswa menyatakan bahwa belajar kosakata dengan teknik jigsaw terasa lebih menyenangkan dan membuat mereka lebih bersemangat. Mereka merasa senang karena bisa belajar dan mengajar dalam kelompok, serta lebih percaya diri saat berbagi pengetahuan dengan teman. Belajar tidak lagi menjadi kegiatan yang menegangkan, melainkan kesempatan untuk bekerja sama dan saling mendukung.

Sinergi Dosen dan Mahasiswa PBI UNUSA

Keberhasilan program ini tidak lepas dari sinergi antara dosen dan mahasiswa S1 PBI. Dalam program ini, para mahasiswa tidak hanya menjadi pendamping di kelas, tetapi juga berperan aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran. Mereka belajar menerapkan teori pembelajaran kooperatif, strategi pengajaran bahasa, serta kemampuan komunikasi lintas usia.

Melalui pengalaman lapangan ini, mahasiswa PBI memperoleh hands-on experience yang selaras dengan mata kuliah seperti Approaches and Methods in Language Teaching, Teaching Vocabulary, dan Classroom Management. Dengan demikian, kegiatan PKM tidak hanya memberi manfaat kepada sekolah mitra, tetapi juga menjadi sarana penguatan kompetensi mahasiswa sebagai calon guru profesional.

Dampak Positif bagi Dunia Pendidikan Dasar

Program PKM ini memberikan bukti nyata bahwa pembelajaran bahasa Inggris dapat dibuat lebih hidup, interaktif, dan menyenangkan tanpa harus bergantung pada metode tradisional. Dengan teknik jigsaw, setiap siswa berperan aktif dalam proses belajar, sehingga rasa tanggung jawab, kepercayaan diri, dan kemampuan bekerja sama dapat berkembang secara alami.

Pendekatan ini sejalan dengan Self-Determination Theory (Deci & Ryan), yang menekankan tiga kebutuhan psikologis utama dalam pembelajaran: otonomi, kompetensi, dan keterhubungan sosial. Ketika siswa merasa diberi ruang untuk berperan, mampu memahami materi, dan terhubung dengan teman sebayanya, motivasi belajar akan tumbuh dari dalam diri mereka sendiri.

Langkah Lanjutan dan Komitmen Prodi PBI

Melihat hasil yang positif, Prodi S1 PBI berkomitmen untuk terus mengembangkan kegiatan serupa di masa depan. Ke depan, teknik jigsaw akan diintegrasikan dengan berbagai media pembelajaran kreatif seperti flashcards, permainan edukatif, dan aplikasi pembelajaran daring. Pendekatan ini diharapkan semakin memudahkan siswa memahami kosakata sekaligus menumbuhkan semangat belajar bahasa Inggris sejak dini.

Kegiatan PKM ini juga menjadi wujud nyata kontribusi Prodi S1 PBI FKIP UNUSA dalam mendukung peningkatan kualitas pendidikan dasar, sekaligus memberikan ruang bagi dosen dan mahasiswa untuk berkarya di masyarakat. Melalui kegiatan pengabdian yang inovatif, PBI UNUSA berupaya menjadi pelopor perubahan positif dalam dunia pendidikan bahasa Inggris di Indonesia.

Menginspirasi Pembelajaran Masa Depan

Apa yang dilakukan oleh tim PBI FKIP UNUSA menunjukkan bahwa perubahan besar dalam pendidikan bisa dimulai dari langkah sederhana di ruang kelas. Dengan strategi yang tepat, pembelajaran bahasa Inggris dapat menjadi aktivitas yang menggembirakan dan bermakna bagi anak-anak.

Inovasi seperti teknik jigsaw bukan sekadar metode, tetapi juga cara menumbuhkan nilai-nilai kolaborasi, saling menghargai, dan tanggung jawab bersama — nilai-nilai yang sejalan dengan semangat pendidikan karakter di Indonesia.

Dengan semangat kolaborasi, kreativitas, dan pengabdian, Prodi S1 Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNUSA terus berkomitmen melahirkan guru-guru inspiratif yang mampu menghadirkan pembelajaran bahasa Inggris yang menarik, bermakna, dan relevan dengan kebutuhan zaman.

Surabaya, Oktober 2025

Mujad Didien Afandi, S.S., M.Pd.